“ketika mimpimu, yang begitu indah, tak
pernah terwujud, ya sudahlah”
“ saat kau berlari mengejar anganmu dan
tak pernah sampai, ya sudahlah”
“saat kau berharap keramahan cinta, tak
pernah kau dapat, yasudahlah”
-Bondan Prakoso-
Ya sudahlah
Awalnya saya enggak suka banget sama lagu itu,
menurut saya itu lagu paling pasrah. Saya sering ganti lirik di bagian “yasudahlah”jadi
“ya, usaha!”. Saya enggak suka karena pada awalnya saya merasa semua yang
pernah ada di angan kita bisa terwujud ya dengan usaha. Tapi saat itu saya
lupa, bahwa enggak semua mimpi HARUS jadi nyata. Karena kadang yang kita
cita-citakan mungkin bukan rencana terbaikNYA.
Saya tahu pasti rasanya gagal setelah berjuang
mati-matian, depresi, kecewa, dan buruknya rasanya ingin protes aja sama Tuhan.
Lupa kalau Tuhan Maha Tahu yang terbaik, dan sesaat kita meragukan scenario hidup
terbaik dariNYA. Seakan satu kejadian super buruk bisa mengubah seluruh waktu hidupmu
jadi lebih buruk.
Kadang kita perlu “yasudahlah” pada waktunya, waktu
dimana ikhtiar dan doa kita dirasa sudah maksimal, dan hasil tidak sesuai
kenyataan. Memang hasil tidak pernah mengkhianati proses, tapi jika hasil tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan meski sudah memastikan telah melakukan proses
terbaik, ikhlaskan. Pasrahkan hasil yang kita ingin, selama kita berprasangka
baik kepadaNYA, DIA akan tukar dengan hasil yang kita butuhkan. Bukankah kita
selalu bilang DIA MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG dalam setiap apa yang akan
kita kerjakan? Tandanya kita meyakini betul bahwa apapun hasilnya, dia akan
memberikan yang terbaik sesuai prasangka kita kepadaNYA, karena rasa kasih dan
tanda sayangNYA pada kita lebih dari apa yang kita minta
Contoh kecil, pernahkah kita berdoa meminta agar bisa
tetap bernafas di detik berikutnya? Agar seluruh organ kita berfungsi normal di
menit berikutnya? Enggak kan?! Karena tanpa diminta kita selalu yakin Allah
kasih yang terbaik dan yang kita butuhkan : )
Begitupun saat sedang ada masalah, seharusnya kita
tidak lupa untuk beryukur atas segala yang terjadi, minta dikuatkan dan
berhenti menggerutu agar masalah tidak terlihat semakin buruk dan dikhawatirkan
menimbulkan prasangka buruk kepada Tuhan. Bukankah Tuhan berkehendak sesuai
prasangka ummatNYA? Bagaimana bisa hasilnya akan baik dan setiap prosesnya
berjalan baik jika kita sepanjang proses pengembangan diri lewat masalah selalu
mengutuk dan menebak ending-ending terburuk versi diri kita sendiri.
Saya mau cerita sedikit pengalaman saya, ini bukan
episode terburuk dalam hidup saya hanya sebagian kecil masalah yang bisa
menguatkan saya. Saya punya pacar, 8 tahun sudah umur hubungan kami, dan
berakhir dengan manis tepat 8 tahun. Kata Pidi Baiq tujuan pacaran cuma 2,
kalau ga putus ditengah jalan yaa berakhir di pelaminan. Saya bagian putus ditengah jalan untuk sebab
dan akibat yang tidak bisa saya jelaskan. Putus disaat umur saya udah memasuki
usia kritis nan rawan ditanya “kapan nikah?” wahahahahah. Hidup bersamanya
pernah tercetus dalam cita-cita saya. Saya sudah prepare segalanya dengan baik
bak dongeng-dongeng, karena jujur saja saya sangat perfeksionis, saya selalu
menyiapkan segalanya dengan hati-hati dan ingin terlihat semuanya sempurna di
mata saya. Saya lupa bahwa kemungkinan terburuk seperti ini selalu ada. Logikanya
biasanya udah pacaran lama putus tengah jalan pasti dendam-dendaman dan lainnya
sibuk jelekin satu sama lain. Saya sama sekali enggak nyesel, meski menurut
orang lain wasting time, buat saya ini jalan yang saya pilih dan sepaket resiko
yang harus saya ambil. Saya bersyukur pernah kenal dekat dengan orang yang saya
pilih sampai 8 tahun, saya juga coba untuk selalu prasangka baik sama Tuhan. Mohon
maaf semua cerita saya ini hanya share saja menurut pandangan saya, menurut
pandangan teman-teman yang tidak setuju dengan pacaran dan sejenisnya saya
mohon maaf jika tidak berkenan. Tapi tulisan saya memang bukan bertujuan untuk
menyenangkan banyak orang atau memihak pada prinsip sebagian orang soal
pacaran. Saya sempat terpuruk selama seminggu, tapi kemudian semakin saya coba
mendekatiNYA, saya semakin yakin bahwa DIA sutradara hidup paling handal, yang
tidak boleh sekalipun saya ragukan. Hasilnya, kami berakhir sebagai teman baik,
yang saling memotivasi dalam pengembangan diri. Kami saling memaafkan dan
saling berterimakasih atas apa yang pernah kami jalani bersama. Kami sepakat
ini saatnya kami “yaudahlah”, bukan berarti kami sad ending, kami yakin akan
happy ending. Karena ini semua belum ending, kami harus berjuang untuk
menciptakan akhir bahagia versi kami masing-masing.
Sekitar kita pasti punya masalah yang jauhhhhhhhh
lebih buruk, banyak yang memikirkan besok bisa makan atau enggak, kalau Cuma sekedar
masalah drama keluarga, cinta ala ala dan sebagainya kita pasti bisa hadapi
dengan dewasa dan bijaksana. Saya enggak pernah mencoba mengukur taraf kesulitan
dan masalah orang lain. Meski Cuma cinta-cintaan atau drama soal apapun dalam
kehidupan sehari-hari akan punya impact yang berbeda dalam tiap orang. Sepele bagi
kita, bisa jadi masalah terburuk bagi orang lain begitupun sebaliknya. Stop judging,
karena setiap orang punya batas kuat masing-masing dan Allah tidak pernah
membebani manusia diluar batas kemampuan ummatnya (Al baqarah:286), Jadi
sesekali look at the bright side, saat kita merasa masalah kita besar, itu
tandanya kita sedang dipersiapkan untuk jadi lebih kuat dan memiliki hati yang
besar untuk bisa ikhlas menerima
Life
is too beautiful, we just need to know where to look
Apapun masalahnya, jangan lupa bahagia :)
Karena dalam bahagia, kita selalu bisa berprasangka
baik, tidak takut bermimpi setelah jatuh berkali-kali, dan tidak pernah takut
mencoba meski kemungkinan gagal selalu ada. Saat kita memaksa diri kita untuk
bahagia apapun kondisinya, kita selalu bisa menemukan celah untuk bersyukur
meski dunia seolah memaksa kita untuk mengeluh.
Always
prepare for the worst, hope for the best
Hidup enggak lepas dari segala kemungkinan, baik
kemungkinan yang baik maupun buruk jadi siapkan diri menghadapi hal-hal terburuk.
Ibaratnya berani menang, tp juga enggak takut kalah. jangan sampai lupa kalau
apapun hasilnya adalah yang terbaik bagi hidup kita
Sudah bahagia hari ini? Belum? Oh mungkin lupa
bersyukur? Bersyukur dulu yuk, biar kita bahagia. Jangan lupa bahagia ya !
Cheers,
Praditya Andryani