Rabu, 23 Juli 2014

Butterfly Effect

Butterfly Effect.  Pasti udah engga asing sama istilah ini. Apalagi istilah Butterfly effect ini sudah difilmkan.  Film garapan sutradara Eric Bress dan J. Mackye Gruber ini sukses menggambarkan maksud dari istilah yang ada dalam Teori Chaos. Sedikit prolog, buat teman-teman yang belum tau maknanya atau belum sempet nonton Butterfly effect ini, aku mau share sedikit tentang ini, well.. sebenernya sih tinggal browsing si om google atau wiki juga kalian bisa nemuin, ini sih biar panjang aja postingan blog aku hahahahha



Butterfly effect ini istilah dalam teori chaos yang dipakai pertama kali oleh Edward Norton Lorenz. Istilah ini menggambarkan dependency pada kondisi awal, which is dengan kata lain apa yang akan kita lakukan saat ini punya pengaruh besar banget buat masa depan. Apapun keputusan yang kita ambil pada masa lalu memiliki andil cukup besar untuk menentukan jadi seperti apa kita hari ini dan bagaimana hari kita nanti. Kenapa namanya kupu-kupu? Kenapa bukan Mosquito effect (efek nyamuk) ? kalau katanya Edward Norton sih karena doi yakin kepakan sayap kupu-kupu di brazil dapat menghasilkan tornado di beberapa bulan kemudian. In the other hand, lil action have a big impact pada jangka panjang. Edward percaya kesalahan kecil berpotensi menyebabkan bencana besar di kemudian hari.



Butterfly effect ini bikin aku yakin, every little things we did ada balasannya. Jadi ga ada alasan untuk pesimis dan kemudian menyerah saat kita yakin kita sudah mempersembahkan yang terbaik. Aku engga percaya karma, tapi aku percaya apa yang kita lakukan itulah yang akan kita dapat. Jadi engga salah kalau “your future is hidden on your daily routine”. Kata-kata ini bikin aku termotivasi untuk “Live my Life well” dan jauh-jauh dari pikiran “if I can turn back time”. Karena terjebak dalam perandai-andaian itu buang-buang waktu. Tanpa sadar terlalu asik terjebak sama si andai-andai itu kita malah jadi ga bisa belajar menikmati apa yang kita jalani saat ini. If you love yourself now seharusnya godaan untuk berangan-angan punya mesin waktu itu enyah dari pikiran.



As human being, ga dipungkiri pikiran pengen nyicipin mesin waktu pernah terbersit. Segudang rencana mau mengubah apa yang terjadi saat ini dan masa nantipun udah nongkrong di kepala. Tapi kemudian aku ngaca..kembali melihat jauh lebih dekat dan lebih dalam apa iya yakin mau balik ke masa lalu? Yakin kalau aku ngerubah apa yang aku mau ubah hidup aku bisa jauh lebih baik dari saat ini. Kemudian aku merasa mengkhianati anugerahNYA, menyesali semua hasil pencapaianku, dan menyadari bukankah lebih mudah kalau aku belajar suka sama diriku sekarang ini. Termotivasi untuk lebih baik lagi biar engga ada keinginan ingin punya mesin waktu untuk kembali mengulang apa yang aku sesali nanti.

I believe in “God has perfect timing, never early and never too late” J

Maaf Tuhan, ciptaanMU yang satu ini tanpa sadar suka hobi mengeluh, lupa bersyukur dan suka berandai-andai dapat mengubah takdir yang telah kau tetapkan. Lebih mudah rasanya menerima apa yang ada saat ini dan berusaha meraih segala yang diawali dengan kata “akan” dan “ingin” di to do list



Dan kalau si pikiran ini mulai nakal kembali membisikan kata-kata “if I can turn back time” , aku sudah tau jawabannya “ aku tetap akan lakukan apapun yang pernah aku lakukan pada masa itu” karena kalau aku mengubah sedikit saja, mungkin saja hari ini ga seindah sekarang